KORBAN SAMBARAN PETIR LANGSUNG

 

Korban Sambaran Petir Langsung

KORBAN SAMBARAN PETIR LANGSUNG

Berikut ini merupakan kumpulan dari beberapa peristiwa atau kejadian yang menunjukan begitu banyak korban sambaran petir di dunia. Kami akan selalu berusaha untuk mempostingkan peristiwa alam tersebut yang menjadi bukti bahwa korban sambaran petir di dunia begitu banyak, semoga kita akan tetap selalu waspada terhadap ancaman bahaya sambaran petir



Disambar Petir, Warga Solok Tewas

Berada di sawah saat terjadi hujan lebat, dua perempuan warga Kota Solok menjadi korban tersambar petir di persawahan Sawah Solok yang tidak berjauhan dari kantor PLN area Solok, Rabu (24/10) sekitar pukul 14.00 WIB. Kartini (49) meninggal dunia di tempat dengan kondisi sebagian tubuh mengalami luka bakar hebat.

Sedangkan Bakit (70) dalam keadaan kritis saat bersamaan dievakuasi gabungan PMI, BPBD dan Pemadaman Kebakaran ke Rumah Sakit Tentara Solok. Informasi yang berhasil dihimpun saat evakuasi menuju rumah sakit, dua wanita yang tersambar petir diketahui merupakan warga Kelurahan XI Korong dan warga Kelurahan Ktk.

Pada saat hujan lebat yang terjadi secara mendadak tersebut mereka berdua bersamaan warga lainnya tengah asik menanam padi. Saat berita ini diturunkan kondisi satu korban yang selamat masih dalam keadaan kritis di RST. 

Korban Sambaran Petir, Sumber :  hariansinggalang.co..id



Main Handphone Saat Hujan, 2 Buruh di Cisoka Tewas disambar Petir

Tiga orang warga Desa Bojongloa, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, tersengat petir, Jumat (19/10) siang. Dua di antaranya meninggal dunia di lokasi kejadian. Peristiwa tersebut terjadi sekira pukul 14.00 WIB. Saat itu, kondisi desa sedang hujan disertai petir besar.

“Korban saat itu sedang berteduh di saung milik warga di Kampung Janur RT.012 RW.003 Desa Bojongloa, akibat hujan besar yang tiba-tiba turun,” kata Kapolsek Cisoka AKP Uka Subakti, saat konfirmasi. Namun nahas, saat sedang berteduh di saung bersama beberapa orang lainnya, Udin (50), Udin Arsudin (40), dan Masnen (40), tiba-tiba saja tersambar petir.

“Dua orang atas nama Udin dan Udin Arsudin langsung meninggal di tempat itu. Sementara Masnen, kejang-kejang dan langsung mendapat perawatan di RSU Balaraja. Saat ini kabarnya sudah pulang ke rumah,” kata Uka. Dari dugaan sementara polisi, sambaran petir itu terjadi akibat korban aktif berhubungan dengan  handphone miliknya.

“Ya karena salah satu korban main HP, kemudian tersambar,” ujar Uka. Dari hasil pemerikasaan medis, 2 orang korban yang meninggal dunia tersebut mengalami luka memar pada bagian tengkuk sebelah kanan dan rusuk sebelah kanan. “Kami ingatkan masyarakat untuk menjauhi gadget-nya, ketika petir, atau dinonaktifkan sementara, minimal tidak sibuk dengan gadget,” kata dia

Korban Sambaran Petir, Sumber :  merdeka.com


Sambaran Petir Memakan Korban Lagi di Australia

Petir memakan korban lagi di Australia. Seorang pria berusia 35 tahun tewas setelah terkena sambaran petir ketika sedang berjalan kaki di daerah yang populer dikunjungi turis Kings Canyon di negara bagian Northern Territory.

Pria tersebut sedang melakukan hiking di Rim Walk di Kings Canyon, sekitar 300 km sebelah barat Alice Springs, bersama empat anggota keluarganya ketika terkena sambaran petir hari Senin (1/1/2018) sekitar pukul 5 sore.

“Memang ada dua badai di kawasan tersebut, dan juga ada banjir bandang, dan juga petir,” kata petugas polisi di NT Acting Territory Duty Superintendent Vicki Koum.

“Seorang pria berusia 35 tahun kemudian terkena sambaran petir, dan dia jatuh ke tanah. Tentu saja ketika itu ada petugas taman dan beberapa orang lain membantu namun dia kemudian meninggal.”

Polisi mengatakan sedang menyelidiki kasus namun belum memastikan bahwa kematiannya disebabkan karena sambaran petir. Maka dari itu sangat di sarankan untuk memasang instalasi penangkal petir atau anti petir di wilayah tersebut.

“Saya kira otopsi akan dilakukan untuk memastikan apakah kematiannya betul-betul disebabkan karena serangan petir,” kata Koum. “Ini tragedi yang menyedihkan. Serangan petir, kematian karena alam.”

Korban Sambaran Petir, Sumber :  https://news.detik.com 



Badai Dahsyat dan Sambaran Petir Tewaskan Sedikitnya 80 Orang di India

NEW DELHI – Lebih dari 80 orang tewas akibat sambaran petir dan badai dahsyat yang melanda lima negara bagian di India dengan ratusan lainnya dilaporkan mengalami luka-luka. Badan Cuaca Nasional India mengatakan, masih akan ada hujan lebat dan angin kencang dalam beberapa waktu ke depan sehingga jumlah korban mungkin bertambah.

RT Selasa, (15/5/2018) melaporkan, bencana bermula pada Minggu saat badai debu dan petir dahsyat mulai meluas ke daerah-daerah di lima negara bagian di India, menimbulkan kerusakan di jalan, jalur kereta api dan layanan penerbangan di bagian utara negara itu.

Cuaca buruk itu terus berlanjut pada Senin, mencabut pohon-pohon dan merusak kabel-kabel listrik dan menelan korban jiwa saat kecepatan angin mencapai 107 kilometer per jam di New Delhi. Kementerian Dalam Negeri India mengatakan, sampai Senin sore sedikitnya 80 orang telah kehilangan nyawanya akibat badai ganas yang melanda.

Sebanyak 51 korban tewas berasal dari Negara Bagian Uttar Pradesh, 14 korban dari Bengal Barat, 12 dari Andhra Pradesh dan satu orang dari Uttarkhand. Selain korban tewas, sedikitnya 136 korban juga terluka akibat sambaran petir dan badai.

Meski angin kencang diramalkan akan berkurang, Departemen Meteorologi India tetap mempertahankan peringatan cuaca sampai Selasa malam.

Badai petir disertai dengan hujan badai dan hujan es (kecepatan angin mencapai 50-70 km / jam) sangat mungkin terjadi di lokasi-lokasi yang terisolasi di India,” demikian disampaikan lembaga itu. Maka sangat di sarankan agar masyarakat untuk memasang penangkal petir atau anti petir.

Perdana Menteri India, Narendra Modi telah meminta pihak berwenang untuk memberikan semua bantuan yang mungkin kepada penduduk yang membutuhkan. Awal bulan ini, hujan deras dan badai juga telah menewaskan lebih dari 78 orang di bagian utara dan barat India.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  news.okezone.com


Sambaran petir puluhan ribu kali dalam 13 jam, sembilan orang meninggal

Sebanyak sembilan orang dilaporkan meninggal dunia di negara bagian Andhra Pradesh, India, akibat tingginya jumlah sambaran petir yang mencapai 36.749 kali dalam waktu 13 jam.

Serangan petir adalah hal yang biasa terjadi di India selama musim hujan, namun menurut badan penanggulangan bencana setempat, jumlah sambaran petir ini tidak biasa dan merupakan “pola cuaca ekstrem.”

Sembilan orang, termasuk seorang gadis berusia sembilan tahun, meninggal dunia akibat sambaran petir yang terjadi sejak Selasa (24/04) di negara bagian tersebut.

Musim hujan ibiasanya dimulai pada bulan Juni dan berlangsung hingga September. Namun, kepala pusat mitigasi bencana, Kishan Sanku, mengatakan kepada BBC bahwa jumlah sambaran petir di negara bagian Andhra Pradesh meningkat tajam sebelum memasuki musim hujan.

Sambaran gledek yang terjadi pada hari Selasa dianggap sebagai sebuah anomali, karena data menunjukkan bahwa tahun lalu di wilayah yang sama, terjadi sekitar 30.000 kali sambaran petir, sepanjang bulan Mei. Sedangkan kali ini untuk periode kurang dari satu hari saja sudah melebih jumlah sambaran petir itu.

Beberapa ilmuwan yakin bahwa pemanasan global bisa meningkatkan frekuensi sambaran petir secara signifikan. Mengapa begitu banyak sambaran petir?, Serangan petir sudah sering terjadi di sepanjang pantai utara Andhra Pradesh, kawasan yang sering dilanda hujan lebat.

Meskipun biasanya ada peningkatan aktivitas petir di wilayah tersebut sebelum musim hujan, tahun ini angin dingin dari lautan Arab berbenturan dengan angin yang lebih hangat dari India utara dan menghasilkan kondisi yang mengarah pada lebih banyak pembentukan awan, kata Sanku.

Kondisi seperti inilah yang kemungkinan membuat jumlah sambaran petir meningkat. Yang membuat kondisi ini sangat unik, tambahnya, adalah bahwa awan tebal memanjang lebih dari 200 km. “Biasanya memanjang sekitar 15-16 km,” katanya. “Berdasarkan pengalaman kami, kejadian ini sangat langka.”

Seberapa umum kematian akibat tersambar petir di India?, Setidaknya 2.000 orang tewas dalam serangan petir di India setiap tahun sejak tahun 2005, menurut catatan resmi.

Pada bulan Juni 2016, tercatat 93 orang tewas dan lebih dari 20 orang mengalami luka-luka akibat sambaran petir di negara bagian Bihar, Jharkhand, Uttar Pradesh, dan Madhya Pradesh.

Korban tewas di India akibat sambaran petir jauh lebih tinggi dibanding di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, di mana, rata-rata 27 orang meninggal akibat petir setiap tahun. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ini adalah minimnya sistem peringatan yang canggih.

Faktor lainnya adalah jumlah penduduk India yang bekerja di luar rumah lebih banyak dibanding penduduk di negara lainnya, yang membuat mereka rentan terkena sambaran petir.

Tips melindungi diri saat petir menyambar

  • Carilah tempat berlindung di dalam gedung yang luas atau di dalam mobil.
  • Hindari ruang-ruang serta puncak bukit terbuka.
  • Jika Anda tidak menemukan tempat untuk berlindung, lipatlah tubuh Anda sekecil mungkin dengan cara meringkuk: berjongkok merapatkan ke dua kaki dengan tumit yang bersentuhan.
  • Jangan berlindung di bawah pohon yang tinggi atau terpencil sendiri.
  • Jika Anda sedang berenang di laut, segera menepi ke pantai.

Korban sambaran Petir, Sumber :  http://www.bbc.com



Keluarga Jemput Jasad Hendri dan Sarpani di Lokasi Musibah Sambaran Petir

 

BANGKAPOS.COM, BANGKA — Setelah mengetahui korban Hendri (30) dan Sarpani (35) tewas tersambar petir, rekan korban Abon dan Junaidi melaporkan musibah tersebut kepada keluarga korban, Rabu (16/5/2018)

Setelah berita duka tersebut disampaikan, keluarga pun menjemput jasad kedua korban di kawasan Tuik Desa Rias, Kecamatan Toboali menggunakan kendaraan roda empat untuk selanjutnya dibawa kerumah korban masing-masing.

“Mengetahui musibah tersebut, Abon dan temannya Junaidi melapor ke pihak keluarga yang selanjutnya mendatangi lokasi kejadian keduanya terkena sambaran petir,” ujar Faisal mewakili Kapolres AKBP Aris Sulityono SH,MH, Rabu (16/5/2018) malam. Maka dari itu sangat di sarankan untuk memasang penangkal petir atau anti petir.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  http://bangka.tribunnews.com     



Asyik Piknik di Kebun Teh Singosari Malang, Ending Kisah Tragis Setelah Ada Sambaran Petir

SURYAMALANG.COM, SINGOSARI – Nasib apes dialami Suliyono (35) warga Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Ini setelah Suliyono tewas tersambar petir saat piknik di sekitar Kebun Teh blok II/T nomor 57 Wonosari Desa Toyomarto, Kecamatan SingosariKabupaten Malang, Selasa (17/4/2018) sore.

Kapolsek Singosari, Kompol Untung Bagyo Riyanto melalui Kasubag Humas Polres Malang, AKP Farid Fathoni menjelaskan, kejadian tersebut berawal dari korban bersama teman kencannya, wanita, sedang berwisata di kawasan kebun teh.

Mereka berdua duduk santai sambil ngobrol di pinggiran bangunan bak penampungan air. Sedang asyik bersantai, hujan deras tiba-tiba turun disertai petir menyambar di kawasan perkebunan teh tersebut.

“Keduanya pun berteduh di bawah pohon mahoni yang ada di dekat tempat bersantainya,” kata Farid Fathoni, Selasa (17/5/2018) malam. Saat berteduh tersebut, menurut Farid Fathoni, tiba-tiba petir menyambar pohon mahoni. Petir itu pun merambat ke batang pohon dan menyambar tubuh korban yang ada di bawahnya untuk berteduh.

Seketika itu juga korban terjatuh dan meninggal dunia. Sedangkan teman wanita korban meski tidak ikut tersambar petir langsung pingsan. Setelah sadar teman wanita korban menangis dan meminta pertolongan. Teriakan permintaan tolong itu pun didengar sejumlah petugas keamanan kebun teh yang langsung datang ke lokasi.

Kejadian itu pun dilaporkan ke kantor perkebunan teh yang meneruskan laporan ke Polsek Singosari“Menerima laporan kejadian, jajaran Polsek Singosari langsung datang ke lokasi,” ucap Farid Fathoni.

Jajaran Polsek, ungkap Farid Fathoni, melakukan pemeriksaan terhadap tubuh korban yang meninggal dunia tersambar petir dan melakukan olah TKP. Tubuh korban pun selanjutnya di evakuasi ke RSUD Lawang untuk dilakukan visum. “Setelah itu jenazah diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan,” tutur Farid Fathoni.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  http://suryamalang.tribunnews.com



Sambaran Petir Hapus Keceriaan Panen Petani Konawe Selatan

Liputan6.com, Konawe Selatan – Jangan main-main dengan hujan di musim yang tidak menentu ini. Bukan saja flu yang mengintai, sambaran petir pun dapat menjadi ancaman yang tak terduga.

Sembilan petani di Desa Tolutu Jaya, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi korban sambaran petir, Sabtu, 17 Maret 2018) sekira pukul 15.30 Wita. Empat petani tewas mengenaskan, sedangkan enam orang terluka bakar.

Kesembilan orang ini, merupakan petani yang sedang memanen padi di areal persawahan di Desa Langkadue, Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana. Keenamnya tak menduga, hujan rintik-rintik disertai mendung tiba-tiba berubah menjadi bencana.

Tiga orang yang tewas, yakni Askap (48), Tare (42), dan Hasni (40. Ketiganya tewas dengan luka bakar di sekujur tubuh. Tare, mengalami luka bakar pada dada sebelah kiri. Luka yang diduga percikan kilatan petir itu melubangi dada kirinya.

Sementara, Hasni mengalami luka bakar hingga sekujur tubuhnya menghitam. Luka yang sama dialami Askap, pria yang berada di dekat Hasni pada saat kejadian. Kapolsek Tinanggea, AKP Gusti K. Sulastra, mengatakan pihaknya langsung mengevakuasi kesembilan korban.

Dengan dibantu warga, kesembilan warga korban itu sempat dibawa ke klinik pengobatan terdekat. Namun, beberapa korban tak tertolong. “Kita sudah bantu evakuasi tetapi beberapa tak tertolong,” ujar Sulastra, Sabtu, 17 Maret 2018.

Keenam orang selamat yang ikut tersambar petir, ternyata masih memiliki hubungan keluarga dengan sejumlah korban tewas. Keenamnya adalah Leman (18), Ali Aedin (43), Muryati (41), Pui (39), Mira, dan Martina.

Mira dan Martina merupakan istri dari Tare dan Askap. Kedua wanita ini hanya mengalami kram dan trauma akibat tersengat petir. Sementara, kedua suaminya tewas pada saat kejadian.

Keempat korban lainnya, Leman dan Ali Aedin mengalami luka bakar pada betis dan kram seluruh badan. Sebab, pada saat kejadian, keduanya sementara berada di tengah sawah yang tergenang air tanpa alas kaki.

“Muryati dan Pui mengalami luka bakar pada betis kanan dan kram seluruh badan,” terang Kapolsek Tinanggea, AKP Gusti K. Sulastra.

Sulastra mengatakan pula, keempat korban sementara dirawat dengan serius di klinik salah satu dokter umum di wilayahnya. Keempatnya, yakni Leman, Ali Aedin, Muryati, dan Pui. “Mira dan Martina sudah dibolehkan pulang,” ujarnya.

Adapun sembilan petani itu memanen padi sejak pukul 12.00 Wita. Mereka ternyata bukan pemilik, hanya dimintai tolong oleh salah seorang warga yang berdomisili di Desa Langkadue.

Kesembilannya menerima tawaran pemilik sawah karena dijanjikan upah. Tidak menduga akan terjadi petir, para korban tetap memanen meskipun hujan deras mengguyur lokasi persawahan.

“Mereka lalu masuk ke dalam pondok di tengah kebun untuk berteduh,” ujar salah satu keluarga korban yang enggan disebut namanya.

Tidak berapa lama berteduh di dalam pondok, tiba-tiba sebuah kilatan petir disertai dentumanan menggelegar langsung menyambar pondok tempat mereka berteduh. “Tidak sempat menghindar mereka, kami tak mengira akan begini padahal korban sudah berteduh,” ujarnya. Sangat disarankan kepada masyarakat agar memasang instalasi penangkal petir atau anti petir di sekitar tempat tinggal masing-masing agar terhindar dari ancaman bahaya petir.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  http://liputan6.com


Dua Warga Subulussalam Terkapar Disambar Petir

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Dua warga Kota Subulussalam dilaporkan terkapar akibat disambar petir pada, Minggu (22/4/2018) jelang malam tadi.

Akibatnya, kedua warga yang berdomisili di Desa Cepu Kecamatan Penanggalan itu terpaksa ditanam dalam lumpur, dan kemudian dirawat di rumah sakit setempat.

Kapolres Aceh Singkil, AKBP Andrianto Argamuda yang dikonfirmasi melalui Kapolsek Penanggalan Iptu Arifin Ahmad, membenarkan peristiwa tersebut.

Kapolsek Iptu Arifin mengatakan kejadian pada sore jelang malam tadi ketika hujan diwarnai sambaran petir melanda daerah ini. Dikatakan, korban yang tersambar petir ada dua orang yakni  Ramiah Cibro (45) dan Sabarita Cibro (38).

Keduanya warga Desa Cepu, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam. “Benar ada dua warga yang terkena petir,” kata Iptu Arifin. Sangat disarankan kepada masyarakat agar memasang instalasi penangkal petir atau anti petir di sekitar tempat tinggal masing-masing agar terhindar dari ancaman bahaya petir.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  http://aceh.tribunnews.com



Cuaca Ekstrem, Tiga Orang Tersambar Petir di Banyumas dan Kebumen

 

BANYUMAS, KOMPAS.com – Sedikitnya tiga orang menjadi korban sambaran petir akibat cuaca ekstrim yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Banyumas, Jawa Tengah, Senin (6/11/2017). Seorang petani di Kebumen bernama Saryono (42), nyaris meregang nyawa pasca tersambar petir saat membajak sawah sekitar pukul 14.30 WIB. Menurut saksi mata, Supri (30), warga Dukuh Kalisawah, Desa Adimulyo, korban nekat tetap membajak sawah menggunakan traktor saat hujan deras. Tiba-tiba, kilat petir menyambar korban yang langsung terkapar di tempat.

Kasubbag Humas Polres Kebumen, Ajun Komisaris Willy Budiyanto mengatakan, beruntung nyawa Saryono masih tertolong, meski menderita luka bakar pada pundak kiri. Saat ini korban masih mendapatkan perawatan intensif di Poliklinik Umum (PKU) Muhammadiyah Sruweng. Sementara di hari yang sama, petir juga menyambar sebuah rumah di Desa Krajan RT 3 RW 1 Kecamatan Pekuncen, Banyumas.

Akibatnya, dua orang penghuni rumah yakni Kidam (58) dan putranya, Anto (30) menderita luka bakar pada kaki dan gangguan pendengaran. “Kejadian sekitar pukul 16.00 WIB, diduga petir menyambar lewat antena televisi di rumah. Saat ini kedua korban sudah dilarikan ke RSUD Ajibarang,” kata anggota Komando Resor Militer 071 Wijaya Kusuma, Kusnawan. 

Selain itu, sejumlah peralatan elektronik milik korban mengalami kerusakan dan instalasi listrik di rumah tersebut juga ikut terbakar. Berdasarkan peringatan dini cuaca Provinsi Jawa Tengah yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, sebagian besar wilayah di Jawa Tengah berpotensi hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang. “Kondisi tersebut berlangsung sampai pukul 18.00 WIB.

Potensi hujan disertai petir dan angin terjadi di wilayah selatan Jawa Tengah dan meluas ke bagian utara,” ujar Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo. Maka dari itu sangat di anjurkan kepada masyarakat untuk memasang instalasi penangkal petir atau anti petir di rumah masing-masing agar aman dari bahaya sambaran petir tersebut.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  regional.kompas.com



Tersambar Petir, Hewa Terlempar hingga 2 Meter

 

TRIBUNNEWS.COM, MUARA BUNGO – Hujan petir memakan korban di Bungo, Jambi. Korban meninggal sampai terlempar dua meter akibat sambaran petir, Rabu (7/3/2018). M Yanis, kakek dari Hewa mengatakan sekitar jam 18.30 Hewa dan lima temannya bermain di poskamling. Tiba-tiba petir menyambar. Hewa pun langsung terpelanting sejauh dua meter dari poskamling.

Sementara Ian (13) pingsan dan anak lainnya trauma. Ada enam anak di poskamling itu menurut Yanis. Hewa direncanakan dikebumikan di komplek pemakaman tak jauh dari sana. Maka dari itu sangat di sarankan agar masyarakat sekitar memasang instalasi penangkal petir atau anti petir sehingga akan lebih aman dari bahaya petir yang mematikan.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  tribunnews.com


Sambaran Petir Memakan Korban Lagi di Australia

Petir memakan korban lagi di Australia. Seorang pria berusia 35 tahun tewas setelah terkena sambaran petir ketika sedang berjalan kaki di daerah yang populer dikunjungi turis Kings Canyon di negara bagian Northern Territory.

Pria tersebut sedang melakukan hiking di Rim Walk di Kings Canyon, sekitar 300 km sebelah barat Alice Springs, bersama empat anggota keluarganya ketika terkena petir hari Senin (1/1/2018) sekitar pukul 5 sore.

“Memang ada dua badai di kawasan tersebut, dan juga ada banjir bandang, dan juga petir,” kata petugas polisi di NT Acting Territory Duty Superintendent Vicki Koum. “Seorang pria berusia 35 tahun kemudian terkena sambaran petir, dan dia jatuh ke tanah. Tentu saja ketika itu ada petugas taman dan beberapa orang lain membantu namun dia kemudian meninggal.”

Polisi mengatakan sedang menyelidiki kasus namun belum memastikan bahwa kematiannya disebabkan karena sambaran petir“Saya kira otopsi akan dilakukan untuk memastikan apakah kematiannya betul-betul disebabkan karena serangan petir,” kata Koum. “Ini tragedi yang menyedihkan. Serangan petir, kematian karena alam.”

Korban Sambaran Petir, Sumber :  news.detik.com



Badai Dahsyat dan Sambaran Petir Tewaskan Sedikitnya 80 Orang di India

NEW DELHI – Lebih dari 80 orang tewas akibat sambaran petir dan badai dahsyat yang melanda lima negara bagian di India dengan ratusan lainnya dilaporkan mengalami luka-luka. Badan Cuaca Nasional India mengatakan, masih akan ada hujan lebat dan angin kencang dalam beberapa waktu ke depan sehingga jumlah korban mungkin bertambah.

RT Selasa, (15/5/2018) melaporkan, bencana bermula pada Minggu saat badai debu dan petir dahsyat mulai meluas ke daerah-daerah di lima negara bagian di India, menimbulkan kerusakan di jalan, jalur kereta api dan layanan penerbangan di bagian utara negara itu. Cuaca buruk itu terus berlanjut pada Senin, mencabut pohon-pohon dan merusak kabel-kabel listrik dan menelan korban jiwa saat kecepatan angin mencapai 107 kilometer per jam di New Delhi.

Kementerian Dalam Negeri India mengatakan, sampai Senin sore sedikitnya 80 orang telah kehilangan nyawanya akibat badai ganas yang melanda. Sebanyak 51 korban tewas berasal dari Negara Bagian Uttar Pradesh, 14 korban dari Bengal Barat, 12 dari Andhra Pradesh dan satu orang dari Uttarkhand. Selain korban tewas, sedikitnya 136 korban juga terluka akibat sambaran petir dan badai.

Meski angin kencang diramalkan akan berkurang, Departemen Meteorologi India tetap mempertahankan peringatan cuaca sampai Selasa malam. Badai petir disertai dengan hujan badai dan hujan es (kecepatan angin mencapai 50-70 km / jam) sangat mungkin terjadi di lokasi-lokasi yang terisolasi di India,” demikian disampaikan lembaga itu.

Perdana Menteri India, Narendra Modi telah meminta pihak berwenang untuk memberikan semua bantuan yang mungkin kepada penduduk yang membutuhkan. Awal bulan ini, hujan deras dan badai juga telah menewaskan lebih dari 78 orang di bagian utara dan barat India. Sangat di anjurkan agar di pasang instalasi penangkal petir atau anti petir di sekitar.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  news.okezone.com



Sambaran petir puluhan ribu kali dalam 13 jam, sembilan orang meninggal

Sebanyak sembilan orang dilaporkan meninggal dunia di negara bagian Andhra Pradesh, India, akibat tingginya jumlah sambaran petir yang mencapai 36.749 kali dalam waktu 13 jam. Serangan petir adalah hal yang biasa terjadi di India selama musim hujan, namun menurut badan penanggulangan bencana setempat, jumlah sambaran petir ini tidak biasa dan merupakan “pola cuaca ekstrem.”

Sembilan orang, termasuk seorang gadis berusia sembilan tahun, meninggal dunia akibat sambaran petir yang terjadi sejak Selasa (24/04) di negara bagian tersebut. Musim hujan biasanya dimulai pada bulan Juni dan berlangsung hingga September. Namun, kepala pusat mitigasi bencana, Kishan Sanku, mengatakan kepada BBC bahwa jumlah sambaran petir di negara bagian Andhra Pradesh meningkat tajam sebelum memasuki musim hujan.

Sambaran gledek yang terjadi pada hari Selasa dianggap sebagai sebuah anomali, karena data menunjukkan bahwa tahun lalu di wilayah yang sama, terjadi sekitar 30.000 kali sambaran petir, sepanjang bulan Mei. Sedangkan kali ini untuk periode kurang dari satu hari saja sudah melebih jumlah sambaran itu. Beberapa ilmuwan yakin bahwa pemanasan global bisa meningkatkan frekuensi sambaran petir secara signifikan.

Mengapa begitu banyak sambaran petir?, Serangan petir sudah sering terjadi di sepanjang pantai utara Andhra Pradesh, kawasan yang sering dilanda hujan lebat. Meskipun biasanya ada peningkatan aktivitas petir di wilayah tersebut sebelum musim hujan, tahun ini angin dingin dari lautan Arab berbenturan dengan angin yang lebih hangat dari India utara dan menghasilkan kondisi yang mengarah pada lebih banyak pembentukan awan, kata Sanku.

Kondisi seperti inilah yang kemungkinan membuat jumlah sambaran petir meningkat. Yang membuat kondisi ini sangat unik, tambahnya, adalah bahwa awan tebal memanjang lebih dari 200 km. “Biasanya memanjang sekitar 15-16km,” katanya. “Berdasarkan pengalaman kami, kejadian ini sangat langka.”

Seberapa umum kematian akibat tersambar petir di India? Setidaknya 2.000 orang tewas dalam serangan petir di India setiap tahun sejak tahun 2005, menurut catatan resmi. Pada bulan Juni 2016, tercatat 93 orang tewas dan lebih dari 20 orang mengalami luka-luka akibat sambaran petir di negara bagian Bihar, Jharkhand, Uttar Pradesh, dan Madhya Pradesh.

Korban tewas di India akibat sambaran petir jauh lebih tinggi dibanding di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, di mana, rata-rata 27 orang meninggal akibat petir setiap tahun. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ini adalah minimnya sistem peringatan yang canggih. Faktor lainnya adalah jumlah penduduk India yang bekerja di luar rumah lebih banyak dibanding penduduk di negara lainnya, yang membuat mereka rentan terkena sambaran petir.

Tips melindungi diri saat petir menyambar

  • Carilah tempat berlindung di dalam gedung yang luas atau di dalam mobil.
  • Hindari ruang-ruang serta puncak bukit terbuka.
  • Jika Anda tidak menemukan tempat untuk berlindung, lipatlah tubuh Anda sekecil mungkin dengan cara meringkuk: berjongkok merapatkan ke dua kaki dengan tumit yang bersentuhan.
  • Jangan berlindung di bawah pohon yang tinggi atau terpencil sendiri.
  • Jika Anda sedang berenang di laut, segera menepi ke pantai.

Korban Sambaran Petir, Sumber :  bbc.com


 

Keluarga Jemput Jasad Hendri dan Sarpani di Lokasi Musibah Sambaran Petir

 

BANGKAPOS.COM, BANGKA — Setelah mengetahui korban Hendri (30) dan Sarpani (35) tewas tersambar petir, rekan korban Abon dan Junaidi melaporkan musibah tersebut kepada keluarga korban, Rabu (16/5/2018)

Setelah berita duka tersebut disampaikan, keluarga pun menjemput jasad kedua korban di kawasan Tuik Desa Rias, Kecamatan Toboali menggunakan kendaraan roda empat untuk selanjutnya dibawa kerumah korban masing-masing.

“Mengetahui musibah tersebut, Abon dan temannya Junaidi melapor ke pihak keluarga yang selanjutnya mendatangi lokasi kejadian keduanya terkena sambaran petir,” ujar Faisal mewakili Kapolres AKBP Aris Sulityono SH,MH, Rabu (16/5/2018) malam.

Sumber :  http://bangka.tribunnews.com



Sambaran Petir Tewaskan Tiga Orang Penambang di Bateng, Jangan Lakukan Ini Saat Ada Petir

 

BANGKAPOS.COM–Wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal sebagai daerah yang rawan dengan petir. Sudah berulang kali terjadi sambaran petir menelan korban jiwa. Seperti yang terjadi baru-baru ini di wilayah Kabupaten Bangka Tengah.Korban sambaran petir terjadi di lokasi tambang Inkonvensional di Memban 12 Desa Penyak Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Kamis (8/3/2018) pukul 15.00 WIB.

Akibat sambaran petir satu korban meninggal dunia bernama Belly (21) warga memban 10 Desa Terentang, ia tewas tersambar petir ketika sedang bekerja tambang TI.Sebelumnya pada awal bulan Maret lalu, empat pekerja TI rajuk di areal Bemban eks KK PT Kobatin Desa Nibung, Kecamatan Koba, Bangka Tengah  tersambar petir, pada Rabu (1/3/2018) siang.

Yang menjadi korban dalam kejadian itu Jono (46) pekerja Tambang, warga Desa Serdang, Kecamatan Simpang Rimba, yang merupakan pemilik tambang dan Suryanto (38) pekerjaan warga tambang warga Desa Perlang Kecamatan Lubuk Besar, keduanya meninggal dunia.

Satu korban yang berhasil selamat dari sambaran petir bernama Agung (17) warga desa Serdang Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Basel.Sementara satu korban yang masih hilang yakni Maskun (40) pekerjaan tambang warga Kecamatan Lubuk Besar Bangka Tangah tenggelam di kolong dan masih dalam proses pencarian pihak tim gabungan.

Dikutip dari bobo.grid.id Petir merupakan cahaya kilat menyilaukan yang muncul di langit ketika musim hujan. Tetapi tahukah teman-teman, bahwa ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat terjadi petir.

Apa saja?Petir dianggap cukup berbahaya.Bahkan di Amerika petir lebih mematikan daripada angin topan.Petir adalah fenomena alam berupa cahaya kilat menyilaukan yang muncul karena tarik-menarik muatan positif dan negatif.Tarik-menarik ini kemudian menumpuk energi listrik dan menghasilkan gelombang petir.

Petir cukup berbahaya, sebab petir dapat mengacaukan sirkulasi darah dalam tubuh, merusak pernapasan, dan banyak kasus seseorang meninggal jika tersambar langsung oleh petir.Petir biasanya diawali dengan hujan, badai, dan awan yang gelap.Jika Anda melihat ada petir, sebaiknya jangan berada di tempat yang terbuka.

Hindari dan cari perlindungan ke tempat yang lebih tertutup. Masuklah ke dalam mobil, rumah, atau bangunan apa pun. Berlindung di luar ruangan sangat tidak dianjurkan, apalagi di bawah pohon! Sebab pohon bisa tersambar petir dan manusia yang berlindung di bawahnya pun bisa ikut tersambar!

Sebaliknya, jika teman-teman berada di dalam mobil maka akan lebih aman. Sebab biasanya energi petir tidak masuk ke dalam mobil, hanya mengelilingi sisi-sisi mobil dan jatuh ke tanah. Namun, bukan berarti seseorang bisa langsung aman hanya dengan berada di dalam rumah!Ada pula beberapa hal yang sebaiknya teman-teman hindari ketika petir, meski di dalam rumah.

Di antaranya adalah menggunakan telepon rumah, sebab kabelnya dapat menjadi saluran gelombang petir untuk datang. Jika ingin menelepon, teman-teman bisa menggunakan gawai. Selain itu, jauhi kabel listrik dan cabut stop kontak.

Hal-hal yang berhubungan dengan listrik seringkali bisa menyebabkan petir merambat masuk lebih cepat. Selain itu, yang lebih berbahaya lagi, petir bisa menyambar sesuatu/sebuah tempat  lebih dari sekali. Bisa saja sebuah pohon disambar petir dua kali, tiga kali, bahkan puluhan hingga ratusan kali. Jadi sebaiknya teman-teman tetap berhati-hati jika ada petir yang menyambar di lingkungan sekitar, ya!

Sumber :  http://bangka.tribunnews.com
Editor : iwan satriawan


Pengakuan Korban Selamat dari Sambaran Petir yang Tewaskan 4 Orang

 

Liputan6.com, Konawe Selatan – Badai petir di Desa Tolutu Desa, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan merenggut nyawa 4 petani yang sedang memanen padi. Keempatnya tewas di TKP usai tiga kali disambar petir secara beruntun Sabtu, 17 Maret 2018 sekitar pukul 12.10 Wita. Diberitakan sebelumnya, korban tewas hanya tiga orang. Namun ternyata ada empat orang yang tewas di lokasi kejadian yang salah satunya merupakan istri pemilik sawah.

Keempatnya yakni, Askap (48), Tare (42), Hasni (40), dan Ningsih (35). Ningsih diketahui merupakan istri dari pemilik sawah yang padinya sedang dipanen ketiga korban tewas bersama enam orang korban luka-luka lainnya. Salah seorang korban selamat, Pui (39) mengisahkan, ada tiga kali sambaran petir saat kejadian. Pui yang saat ini masih tampak trauma bercerita, petir itu tiba-tiba menyambar orang-orang yang sedang asyik memotong padi.

“Ada tiga kali sambaran petir, seingat saya. Pertama kilatan cahaya, lalu bunyi keras tiga kali,” ujarnya, Minggu, 18 Maret 2018. Dentuman petir hanya berjarak beberapa meter saja dari telinga kanan Pui. Bunyi yang demikian dahsyatnya, membuat Pui roboh seketika dan sadarkan diri. “Saya langsung tak sadar pada saat itu,” kisah Pui.

Tetapi begitu sadar, ia merasakan seluruh badannya kram dan hampir mati rasa. Beberapa bagian tubuhnya memar, diduga terpercik sambaran petir. “Telinga kanan saya belum bisa mendengar. Saya hanya mendengar pakai telinga kiri. Untung sudah minum obat, kramnya hilang,” tambah Pui.

Pui histeris ketika mengetahui tujuh orang rekannya terlihat gosong dan terluka. Saat itu, Pui bersama 7 orang korban lainnya sedang berteduh di atas pondok di tengah kebun sebelum hujan turun. Pondok tersebut dibuat setinggi 1,5 meter kayu dan beratap rumbia. Ketujuhnya yakni, Askap (48), Hasni (40), Leman (18), Ali Aedin (43), Muryati (41), Mira dan Martina. Askap dan Hasni, tewas tersambar petir dengan luka bakar.

Dua orang korban tewas lainnya, Tare (42) dan Ningsih (35) berteduh di bawah kolong pondok. Keduanya tewas dengan kondisi tubuh menghitam akibat sambaran petir. Di wilayah desa yang sama, pernah ada salah seorang warga yang tersambar petir beberapa tahun sebelumnya. Tidak diingat oleh warga tahun kejadiannya, namun masih tersimpan detik-detik pria yang kini berusia sekitar 25 tahun itu selamat usai dua kali disambar petir.

“Namanya Justang (25), dia dua kali disambar pada waktu yang berbeda,” ujar Sidik, salah satu anggota Korps Manggala Agni Kabupaten Konawe Selatan, Minggu (18/3/2018). Diceritakan Sidik, Justang disambar petir sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Pemuda tersebut saat itu bekerja sebagai buruh tani yang dipakai jasanya oleh pemilik sawah untuk membabat rumput atau memanen padi.

“Sebelumnya dia pernah disambar petir beberapa tahun lalu, terakhir sekitar 2012 lalu, dia disambar petir lagi,” ujar Sidik. Namun, dari dua kali sambaran petir, Justang (25) tidak tewas dan berhasil selamat. Justang hanya mengalami keram dan luka-luka usai insiden tersebut.  “Sekarang dia sudah punya sawah, dia sehat sehat saja dan kadang masih main sepakbola sama kami,” ujar Sidik.

Wakil Bupati Konawe Selatan, Arsalim, mengunjungi 3 korban tewas akibat Sambaran petir di wilayah yang dipimpinnya. Pihaknya menyatakan, akan membantu dengan memberikan santunan bagi keluarga yang ditinggalkan.  “Kami prihatin, namun ini takdir yang tak bisa dihindari. Kepada keluarga, dala beberapa hari ke depan kami akan datangi dan memberikan santunan,” ujar Arsalim, Minggu (18/3/2018).

Pihaknya juga meminta kepada pihak keluarga agar segera melapor kepada pemerintah Kabupaten Konawe Selatan jika tiga korban tewas memiliki utang piutang. “Yang masih di dalam perawatan, Pemda juga akan bantu perawatan mereka yang terkena musibah ini,” ujar Arsalim.

 

Sumber :  http://www.liputan6.com
Editor : ahmad akbar fua


Warga Buleleng Terpental Sekitar Tiga Mater Akibat Sambaran Petir

 

TRIBUNEWS.COM, BULELENG — Seorang warga Desa Kalibukbuk, Buleleng, Bali, bernama I Made Wisata, tewas tersambar petir, Kamis (22/3/2018) sekitar pukul 17.00 WIB. Kepada Tribun Bali, I Putu Wira Gautama (22) selaku ipar korban mengatakan, maut tiba-tiba datang menjemput, saat Wista tengah berteduh di bawah terpal, tempat pembakaran batu bata milik keluarga besarnya.

Dengan mata kepalanya sendiri, Gautama mengaku melihat secara jelas saat cahaya berwarna putih kemerahan menyambar di sekitar tempat korban berteduh. “Saya lihat ada asap. Langsung saya lari mencari korban, dan ternyata sudah terpental sekitar tiga meter dari lokasinya berteduh. Posisinya sudah terkapar di tanah. Dada dan punggungnya terbakar sedikit. Nafas dan denyut nadinya sudah tidak ada. Langsung saya teriak minta tolong  kepada warga,” tutur Gautama saat ditemui di rumah duka, 

Oleh warga sekitar, korban kemudian dilarikan dengan menggunakan mobil, ke Rumah Sakit Kertha Usada Singaraja. Namun malang, sesampainya di rumah sakit, pihak medis mengabarkan jika korban telah meninggal dunia. Dijelaskan Gautama, saat kejadian itu berlangsung,  hujan deras memang  sudah mengguyur wilayah Dusun Celuk Buluh sejak pukul 16.30 Wita.

Petir pun sudah mulai menyambar di sekitar lokasi kejadian sebanyak tiga kali. Namun korban enggan untuk pulang, dan memilih untuk tetap melanjutkan pekerjaannya membakar batu bata. “Korban bekerja bersama saya. Kami memang tidak bisa pulang, karena batu batanya memang harus dibakar. Membutuhkan waktu sekitar tiga puluh jam, jadi harus dijaga,” ujarnya.

“Tumben juga kemarin itu korban berteduh sendirian. Biasanya ngumpul di suatu tempat. Saya juga heran kenapa bisa petir menyambar korban. Padahal posisinya lagi duduk di bawah. Memang sih saat duduk itu ada genangan air disekitarnya,” ungkap Gautama. Pada hari itu, bukan hanya I Made Wisata yang tewas tersambar petir. Di Keceamatan Seririt, Buleleng, seorang warga bernama Jro Mangku Putu Laba juga tewas karena insiden serupa.

Warga Dusun Yeh Anakan, Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt itu, ditemukan terkapar tak bernyawa oleh anak kandungnya sendiri di Subak Yeh Anakan. Korban yang merupakan jro mangku di Pura  Segara Yeh Anakan ini mulanya sempat dilarikan ke Rumah Sakit Santi Graha Seririt untuk mendapatkan perawatan medis. Namun sayang, akibat luka bakar yang diderita cukup parah, nyawa korban pun tak dapat diselamatkan.  

Dikonfirmasi terkait tewasnya sang Jro Mangku, Kasubag Humas Polres Buleleng, AKP membenarkan kejadian tersebut. Kata dia, jenazah korban pertama kali ditemukan oleh anaknya sendiri bernama Gede Mas Pariawan. Kala itu, Gede Mas merasa khawatir lantaran sang ayah tak kunjung pulang saat hujan deras mengguyur wilayah Dusun Yeh Anakan pada Kamis (22/3/2018) sore. 

“Korban pergi ke sawah untuk mengusir burung. Saat hujan deras mengguyur, korban tak kunjung pulang. Sehingga anaknya khawatir dan mencoba mencari korban ke sawah. Saat tiba di sawah, anaknya sudah melihat korban dalam sudah terkapar, dengan kondisi kulit korban terkelupas seperti habis terbakar,” jelasnya.(*)

 

Sumber : http://www.tribunnews.com
Editor: Nurmulia Rekso Purnomo



Pegang Handphone, 3 Pelajar di Tana Toraja Tersambar Petir

 

Tana Toraja – Hati-hati jika membawa handphone di tengah hujan petir. Tiga siswi sekolah menengah atas (SMA) tewas tersambar petir di Lembang (Desa) Buakayu, Kecamatan Bonggakaradeng, Tana Toraja, Rabu, 4 April 2018. Curah hujan di Tana Toraja membuat sambaran kilat menewaskan tiga pelajar tersebut.

Ketiga pelajar yang menjadi korban sambaran petir itu, yakni Adelia Oyan Anggalo (15 tahun), Suprianti Ittang (16 tahun), dan Almidayanti Sulo (13 tahun). Diketahui jika ketiganya bersepupu (keluarga).

Kepada Kabarmakassar.comMerianti Kamali yang juga tetangga korban, menceritakan jika pada pukul 16.00 Wita, ketiga korban hendak pulang ke rumah bersama sepupunya yang juga selamat dari sambaran petir, yakni Aril Waldi Paliwanana.

Lalu, mereka berdiri berjejer lima orang di samping pondok untuk meminta kantong plastik tempat menyimpan handphone (Hp) kepada seorang nenek yang ada di dalam pondok tersebut. Namun, nenek tersebut menjawab tidak ada, justru nenek itu meminta agar menyimpannya di dalam pondok atau tas nenek. Belum sempat menyimpan handphone milik korban ke tas milik nenek itu, tiba-tiba petir menyambarkelima pelajar tersebut.

“Kami berteduh di pondok, takut handphone kami basah, kami hendak titip di nenek yang ada di pondok tersebut untuk dimasukkan di tasnya, belum sempat kami masukkan ke tas, tiba-tiba kami berlima yang berdiri berjejer tersambar petir,” kata Merianti. Ia menjelaskan, saat dirinya di bawah pondok, ketiga sepupunya sudah jatuh. Sementara dirinya dan temannya terlempar ke kolong pondok tersebut.

“Saya kaget lihat ketiga sepupu saya terjatuh, dan saya terlempar dengan yang di samping saya di bawah pondok. Kami berlima sebelumnya ada berdiri di pinggiran pondok,” kata Almidayanti.

Kolong pondok tersebut hanya 1 meter di atas tanah, ketiganya pelajar yang tewas itu terhempas usai petir menyambar kelima pelajar tersebut. Dua korban selamat mengalami luka bakar di tangan. “Beruntung kami dua orang tidak terlalu parah, hanya luka hitam di tangan dan kaki,” tangis Merianti Kamali saat ditemui KabarMakassar.com.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMA 7 Tana Toraja, Semuel Tangaran, mengatakan rasa duka dan prihatin atas kepergian siswinya yang meninggal tragis akibat tersambar petir. Ia merasa kaget saat mendengar kabar itu.

“Atas nama keluarga besar SMA 7 Tana Toraja, turut berdukacita dan sangat kehilangan atas anak kami yang sudah dipanggil Tuhan, kami sangat kaget setelah mendengar kalau anak kami Supprianti Ittang meninggal di sambar petir, kami merasakan apa yang dirasakan keluarga, karena kami adalah keluarga dari anak ini,” jelas Semuel sambil meneteskan air mata.

Jenazah ketiganya dibawa pulang ke kampung halamannya di Bena’ Lembang Buakayu, Kecamatan Bonggakaradeng. Satu di antaranya dibawa ke kampung halamannya di Dusun Buttu Lemo, Kampung Rando, Lembang Makkodo, Kecamatan Simbuang, Kamis, 5 April 2018 dan dilanjutkan prosesi penguburan.

Sumber : https://www.liputan6.com/




Sembilan Korban Sambaran Petir di Kantin Sekolah Masih Dirawat di RS PT Arun

 

TRIBUNNEWS.COM, LHOKSUKON – Sembilan dari 13 korban sambaran petir di kantin SMP Swasta Al-Alaq dalam kompleks PT AAF, Desa Paloh Lada, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara hingga kini masih dirawat di RS PT Arun. Dari sembilan korban yang masih dirawat, termasuk Aisyah (40) dan Maulana Ridwan (24).

Tujuh lainnya adalah pelajar SMP Swasta Al-Alaq yaitu Fatahillah (14) asal Desa Bangka Jaya, Iksan Maulana (14), Rizki Maulana (14), dan M Rifki (14), asal Desa Tambon Tunong. TM Ulul Azmi (14), asal Desa Paya Dua, Kecamatan Banda Baro, Aceh Utara, M Al Aqsha (14) asal Paloh Lada dan M Suheil (20) asal Desa Keude Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara. Sedangkan TM Riski (sebelumnya diberitakan TM Zaki) asal Desa Keude Krueng Geukueh dan M Hilal Azmi (14) asal Desa Paloh Lada sudah diizinkan pulang, Sabtu (7/10/2017) malam.

Sebelumnya, cuaca buruk diwarnai sambaran kilat dan petir membunuh dua orang dan menciderai 11 lainnya di kompleks PT AAF, kawasan Desa Paloh Lada, Sabtu (7/10/2017) siang. Korban listrik alam tersebut adalah pelajar SMP Swasta Al-Alaq yang berada di kompleks PT AAF termasuk suami istri pengelola kantin sekolah, tempat musibah itu terjadi.

Dari 13 korban, dua di antaranya meninggal yaitu Muhammad (45) suami dari Aisyah dan M Zaki (14), pelajar SMP Swasta Al-Alaq, asal Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara. Pantauan Serambi, Minggu (9/10/2017), mereka dirawat di ruang berbeda di RS Arun Lhokseumawe. Kondisi korban sudah mampu bangun dan berbicara namun belum diizinkan pulang karena masih butuh perawatan medis.

Kondisi yang termasuk parah dialami Aisyah dan Maulana Ridwan. Aisyah masih mengeluh sakit di sekujur tubuhnya dan belum mampu bangun. “Ibu semalam sempat mengeluh sakit di bagian tangannya tapi sudah lebih baik dari kemarin,” kata Wahyudi Saputra (24), anak Aisyah. Sebelum kejadian, putra semata wayang Aisyah dan almarhum Muhammad, mengaku tidak memiliki firasat apapun.

Namun, saat kejadian tersebut meskipun belum mengetahui, Wahyudi sempat gelisah tanpa sebab. Kegelisahan itu baru terjawab setelah seorang warga mengabari kejadian itu. Ketika ia sampai di RS Arun ayahnya sudah meninggal. “Tak ada tanda-tanda apapun sebelumnya. Sehari sebelumnya ayah sempat bercanda-canda dengan saya,” ujar Wahyudi, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh.

Korban lainnya, Maulana Ridwan kepada Serambi mengaku masih sakit di bagian belakang kepala. Ketika disambar petir dia jatuh tersungkur dan kepalanya membentur batu, sehingga mengalami luka gores di hidung dan alis. “Setelah jatuh tersungkur saya sempat muntah darah. Ketika dibawa ke RS, saya antara sadar dan tidak,” ujar Maulana.

Saat kejadian, dia duduk di samping pelajar berteduh di kantin sekolah menunggu hujan reda, karena somai sudah habis terjual. “Saya tak terlalu mendengar suara petir itu. Setelah cahaya kilat sekejap mata, kami langsung terjatuh dan ada yang tak sadarkan diri. Kami tahu ada petir sangat keras dari orang lain,” katanya.

Sementara itu Fatahillah pelajar asal Desa Bangka Jaya kepada Serambi menyebutkan, dia bersama pelajar lain langsung ke kantin ketika jam istirahat. “Tiba-tiba setelah kami makan, terdengar suara petir tapi tak terlalu besar. Lalu tak lama kemudian terlihat kilat sekejap mata,” katanya.

Tiba-tiba dia dan pelajar lain langsung terjatuh. Zaki dan Pak Muhammad duduknya agak berdekatan dengan pohon (bak manee) yang berada di tengah kantin, sehingga keduanya langsung terjatuh dan seperti kesetrum. “Pohon tersebut terbelah,” ujar Fatahillah. Saat korban berjatuhan, tak ada yang berani menolong.

Belasan menit kemudian setelah diketahui guru baru dibawa ke RS Arun. “Setelah kejadian tersebut sekarang saya jadi trauma dengan hujan apalagi kalau ada kilat,” ujar Fatahillah.

 

Sumber :  http://www.tribunnews.com
Editor : dewi agustina


4 Sambaran Petir Paling Parah, Jatuh Korban hingga Ratusan Orang

Liputan6.com, Jakarta Mendengar suara fenomena alam ini pasti bikin banyak orang takut dan begidik. Petir muncul ketika akan terjadi badai atau hujan. Keberadaannya juga biasa menyambar tempat-tempat yang tinggi. Bukan jadi hal yang aneh jika gedung pencakar langit kerap menggunakan tiang runcing sebagai penangkal petir.

Meski sering menyambar tempat yang tinggi, petir juga bisa menyambar manusia. Arus listrik yang kuat dari petir mampu membuat orang meninggal dengan luka bakar yang parah dengan seketika dalam hitungan detik.

Umumnya, fenomena alam ini jarang mengakibatkan banyak korban. Tapi ada kasus petir mematikan banyak orang dalam sepanjang sejarah. Kira-kira kapan saja kasus itu terjadi.

Dirangkum dari berbagai sumber berikut merupakan kasus petir yang menelan ratusan korban.

  1. Ratusan rusa tewas bersamaan tersambar petir

Sebanyak 323 rusa kutub di Hardangervidda, sebelah utara Norwegia, mati karena disambar petir. Wilayah Hardangervidda dikenal sebagai taman nasional terluas di Eropa tempat 10 ribu lebih rusa kutub liar hidup.

Menurut petugas dari Badan Lingkungan Norwegia, Kjartan Knutsen, saat badai hebat terjadi, ratusan hewan tersebut sedang berkumpul, dan semua rusa itu tersambar petir.

Menurut Guinness Book of World Records yang dikutip dari The Verge, serangan petir paling mematikan yang menewaskan hewan ternak terjadi pada tahun 2005, 68 sapi tewas tersambar petir di Australia, menurut Guinness Book of World Records.

  1. Tim sepak bola di Kongo tewas tersambar petir saat memulai pertandingan

Pemain sepak bola di Republik Demokratik Kongo tewas tersambar petir. Menurut surat kabar harian L’Avenir di Kinshasa, ibu kota Kongo, kilat itu menewaskan 11 pemain sepak bola yang berusia antara 20 dan 35 tahun saat pertandingan dimulai.

Lalu 30 orang lainnya mengalami luka bakar pada pertandingan sepak bola di akhir pekan, di provinsi Kasai timur. Mereka memulai pertandingan saat badai petir terjadi. “Para pemain sepak bola dari Basanga (tim tuan rumah) ingin tahu keluar dari malapetaka ini tanpa cedera,” kata L’Avenir.

  1. 3.000 Orang tewas terbakar oleh amunisi yang tersambar petir

Serangan kilat di Brescia, Italia, menewaskan 3.000 orang pada tahun 1769. Saat itu masyarakat menyembunyikan lebih dari 200.000 bahan peledak di Gereja San Nazaro. Lalu sambaran petir menyambar bahan peledak itu, dan menewaskan 3.000 orang dan sebagian kota hangus terbakar.

Semenjak kejadian tersebut, Benjamin Franklin langsung menyarankan agar pemerintah Eropa memberikan cara-cara melindungi diri dari petir untuk toko-toko amunisi Brescia.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa Benjamin Franklin aktif menyarankan pemerintah Eropa tentang prinsip-prinsip perlindungan petir untuk toko-toko amunisi setelah tragedi di Brescia. Dia juga menyarankan membuat batang-batang tajam dan runcing di atas bangunan

  1. Petir sambar bubuk mesiu yang mengakibatkan 300 orang tewas

Petir menghantam pabrik mesiu di negara kecil Luksemburg di Eropa pada tahun 1807. Sambaran petir ini menyebabkan ledakan besar hingga menewaskan lebih dari 300 orang. Saat itu Luksemburg diduduki oleh tentara Napoleon. Diktator Perancis menggunakan negara itu untuk menyimpan senjata dan amunisi. Banyak bunker bawah tanah dibangun untuk menyimpan senjata-senjata tersebut.

Di Kirchberg, sebuah benteng yang dibangun pada tahun 1732 digunakan sebagai gudang persenjataan. Ketika petir menyambar gudang tersebut, amunisi yang tersimpan di sana langsung meledak dengan daya yang kuat. Dua blok kota seluruhnya rusak karena ledakan.

 

Sumber :  https://www.liputan6.com/
Editor : suci agiesta

 


Warga Berharap Korban Tersambar Petir Hidup Lagi, Begini Kepercayaannya

Karangasem – Hujan lebat yang mengguyur Bumi Tanah Aron, Karangasem, Bali, Minggu, 25 Februari 2018 sore mendatangkan petaka. Satu keluarga yang tengah berteduh di sebuah gubuk di Banjar Dinas Tulamben, Desa Tulamben, Kubu, disambar petir. Dari sembilan korban, dua orang dilaporkan tewas. Sementara tujuh lainnya mengalami luka bakar serius.

Berdasar informasi, sembilan warga yang tersambar petir itu antara lain I Wayan Tebeng, 70, Ni Nyoman Bawak, 35, I Ketut Tika, 35, Ni Ketut Sari, 35, Ni Luh Putu Mei, 12, I Kadek Denik, 8, I Komang Erik, 3, I Ketut Purnami, 13, dan I Nyoman Para, 45. “Ya, para korban masih satu keluarga,” ujar Kapolsek Kubu AKP I Made Suadnyana, Minggu petang.

Insiden itu menewaskan I Wayan Tebeng, 70, dan Ni Nyoman Bawak, 35. Sementara tujuh lainnya mengalami luka bakar dan kini mendapat perawatan di Puskesmas Kubu I. Kapolsek Kubu AKP I Made Suadnyana mengungkapkan, hingga Minggu, pukul 22.00 Wita masih berada di TKP untuk menunggu jenazah dua korban sambaran petir. Menurutnya, dua korban tidak boleh disentuh hingga pukul 24.00 Wita. Masyarakat setempat memiliki keyakinan bahwa warga yang tersambar petir ada kemungkinan hidup lagi. Keduanya dianggap hanya tidak sadarkan diri.

Dengan catatan tidak disentuh hingga pukul 24.00 Wita untuk mengembalikan arwahnya ke dalam tubuh korban. Jika disentuh, maka arwahnya tidak bisa kembali ke tubuhnya. “Memang di wilayah ini jika turun hujan kerap disertai petir. Nah, dua tahun lalu ada yang tersambar petir dan tidak sadarkan diri. Namun, sekitar pukul 24.00 Wita, tiba-tiba sadar sehingga peristiwa inilah yang menjadi kepercayaan masyarakat di sini,” katanya.

Meski menurut tim medis, kedua korban ini sudah meninggal dengan ciri-ciri lebam mayat, pihaknya mengaku menghormati keluarga korban yang masih berharap kedua korban bisa kembali hidup. “Ini kami masih menunggu di TKP sampai pukul 24.00 Wita,” terangnya kepada Jawa Pos

Sumber :  www.liputan6.com
Editor : Jawapos.com


Noval Tewas Tersambar Petir di Depan Kakeknya

 

TRIBUNNEWS.COM, SIGLI – Noval bin Rusli (24), warga Desa Beungga, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Kamis (15/3/2018) sekitar pukul 14.00 WIB, meninggal dunia akibat disambar petir. Peristiwa itu terjadi kebun kacang Glee Suun, Dusun Mushalla, Desa Beungga . Korban saat itu bersama dua rekannya dan kakeknya sedang memasak mi di gubuk.

Kakek korban bernama Nurdin Usman (55) juga terkena petir sehingga badannya membiru. Kini, Nurdin masih dirawat di ruang penyakit dalam pria RSU Tgk Chik Di Tiro Sigli. Sementara dua teman korban, Zulfahmi Ansyari (25) dan Mujiburrahman Nurdin (25) yang satu desa dengan Noval, selamat dari sambaran petir.

“Tubuh Noval sempat terlempar satu meter saat disambar petir. Noval meninggal di kebun dengan luka bakar di muka dan lebam di sekujur tubuh,” kata Ummi Salamah (54), istri Nurdin Usman yang ditemui Serambinews.com, Kamis (15/3/2018) malam, di RSU Sigli.

Ia menambahkan, saat petir menyambar, suaminya Nurdin sedang berehat di gubuk. Sementara Noval bersama rekannya memasak mi setelah bekerja memanen kacang. Petir itu bergema bersamaan turunya hujan gerimis.

“Suami saya ikut disambar petir, tapi tidak parah hanya sebagian tubuh membiru. Jasad Noval telah disemayamkan di kediamannya,” kata Ummi Salamah.(*) Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Empat Warga Pidie Disambar Petir di Kebun Kacang, Noval Tewas di Depan Mata Kakeknya,

Sumber :  http://www.tribunnews.com/
Editor : Hendra Gunawan




Korban Sambaran Petir Membaik

 

LHOKSEUMAWE – Sebanyak enam pelajar SMP Swasta Al-Alaq Dewantara, Aceh Utara bersama satu warga yang terkena sambaran petir 7 Oktober lalu, pada Selasa (10/10) sore, sudah meninggalkan Rumah Sakit (RS) Arun Lhokseumawe setelah mendapat izin dari dokter. Hanya ibu kantin atau pengelola kantin sekolah, Aisyah (40), asal Tambon Tunong, Kecamatan Dewantara yang masih dirawat di rumah sakit itu karena perlu mendapat perawatan medis lanjutan.

Keenam pelajar yang diperbolehkan pulang adalah, Fatahillah (14) asal Desa Bangka Jaya, lalu Iksan Maulana (14), dan M Rifki (14), keduanya asal Desa Tambon Tunong. Kemudian, TM Ulul Azmi (14), asal Desa Paya Dua, Kecamatan Banda Baro, Aceh Utara, M AL Aqsha (14) asal Paloh Lada, serta M Suheil (20) asal Desa Keude Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara.

Sebelumnya, tiga korban sudah lebih dulu diizinkan pulang yaitu, Rizki Maulana (14) asal Desa Tambon Baroh, TM Riski asal Desa Keude Krueng Geukueh, dan M Hilal Azmi (14) asal Desa Paloh Lada. Musibah ini menelan dua korban meninggal yaitu pelajar M Zaki (14), asal Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu dan Muhammad (45), suami dari pengelola kantin Aisyah.

Wakil Bupati (Wabup) Aceh Utara, Fauzi Yusuf didampingi Kabag Humas T Nadirsyah, dan Camat Dewantara, Amir Hamzah juga sudah bertakziah ke rumah almarhum Muhammad dan Zaki. Saat itu, Wabup juga menyerahkan santunan kepada keluarga kedua korban.

Selain kepada kedua korban yang meninggal, Wabup juga menyerahkan santunan kepada Aisyah dan para pelajar SMP Al Alaq sebagai bentuk perhatian. “Ini adalah bentuk perhatian dari pemkab, dan kita berharap kepada warga yang sudah sembuh agar beraktivitas kembali seperti biasa, sementara para pelajar dapat bersekolah lagi,” pinta Wabup Fauzi Yusuf.

Diberitakan sebelumnya, cuaca buruk diwarnai sambaran kilat dan petir membunuh dua orang dan menciderai 11 lainnya di Kompleks PT AAF, kawasan Desa Paloh Lada, Sabtu (7/10) siang. Korban listrik alam tersebut adalah para pelajar SMP Swasta Al-Alaq yang berada di Kompleks PT AAF itu, termasuk suami istri pengelola kantin sekolah.

Wakil Bupati (Wabup) Aceh Utara, Fauzi Yusuf menyatakan, para pelajar dan warga yang selamat dalam musibah sambaran petir di kantin SMP Swasta Al-Alaq, Kompleks PT AAF pada 7 Oktober lalu, direncanakan akan di-peusijuek (tepung tawar) di sekolah tersebut. Hanya saja, belum diputuskan kapan prosesi peusijuek itu akan dilaksanakan.

“Pemkab akan mem-peusijuek terhadap 10 pelajar SMP Al Alaq dan juga terhadap warga yang terkena sambaran petir itu. Peusijuek ini nantinya kita lakukan di sekolah tersebut,” ujar Wabup Fauzi Yusuf yang didampingi Camat Dewantara, Amir Hamzah.

Ditambahkan Amir Hamzah, pelaksanaan ritual adat tersebut sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas keselamatan para korban. “Semoga ke depan, mereka bisa terhindar dari kejadian serupa,” tukas Camat Dewantara itu

 

Sumber :  http://aceh.tribunnews.com
Editor : Bakri


Dua Jasad Korban Sambaran Petir Dibiarkan Tergeletak Seharian di Lokasi, Ada Alasan di Baliknya

 

TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA – Wayan Para alias Jenek (45), duduk termangu di ruang perawatan RSUD Krangasem, Senin (26/2/2018). Infus melekat di tangan kanannya. Sementara hidungnya terpasang selang oksigen.

Jenek adalah satu di antara sembilan korban sambaran petir di Banjar Beluhu Kauh Desa Tulamben Kecamatan Kubu, Minggu (25/2/2018). Sebelum kejadian itu, ia mengaku sudah gelisah. Firasat buruknya muncul saat beranjak dari rumah menuju sawah.

Meski demikian, ia tetap berangkat membantu orangtuanya, Wayan Tebeng (70) yang tewas disambar petir. “Sudah ada firasat mulai berangkat. Rasa khawatir dan takut sudah ada sejak pagi hari. Tapi saya tetap berangkat bantu orang tua,” ungkap Jenek.

Sebelumnya, sembilan warga asal Banjar Dinas Beluhu Kauh, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu disambar petir dua hari lalu. Dua orang tewas di lokasi kejadian, tujuh lainnya dirawat di Puskesmas Kubu 1. Wayan Tebeng (70) dan Ni Nyoman Bawak (35) tewas dalam kejadian tersebut. Sementara mereka yang dirawat yakni I Ketut Tika (35), Ni Ketut Sari (35), Ni Luh Putu Mei (12), Kadek Denik (8), Komang Erik (3), Nyoman Para (45), Ni Ketut Purnami (13).

Firasat buruknya menjadi nyata. Jenek mengatakan, saat berteduh dari guyuran hujan di gubuk dekat sawah, Jenek bersama orangtua dan saudaranya disambar petir. Saat kejadian, petir disertai bunyi gemuruh jatuh tepat di depan mereka. Sontak mereka tumbang. Jerit tangis pun ia dengar. Beberapa saat kemudian, anaknya, Wayan Sujana datang memberikan mereka pertolongan.

“Lima hari sebelum kejadian, kelapa di sawah disambar petir. Itu hampir kena sapi. Daerah itu sering ada petir saat hujan lebat,” imbuh Jenek. Sementara itu, Wayan Miasa (23), yang merupakan keponakan Jenek juga mengaku hanya ingin cepat-cepat pulang ke ruamahnya.

Pikirannya terus tertuju dengan keluarganya meski ia tidak tahu dengan tragedi tersebut. “Saya kerja di SPBU Gianyar. Karena ada dorongan untuk pulang, akhirnya pulang sore hari. Baru sampai di rumah, dapat informasi bibi dan kakek saya meninggal disambar petir,” kata Miasa.

Sampai di rumah, Miasa langsung menuju lokasi untuk memastikan informasi tersebut. Tujuh korban sudah dibawa ke Puskesmas Kubu. Sedangkan jenazah I Wayan Tebeng (70) dan Bawak (35), dibiarkan di lokasi hingga pagi kemarin.

“Keyakinan di kampung saya, kalau ada orang mati karena disambar petir bisa-bisa hidup kembali. Yang penting jenazah belum disentuh orang. Tadi pagi, jenazah sudah dibawa ke rumah,” kata Miasa.

Sumber :  http://www.tribunnews.com/
Editor : Dewi Agustina



 

Kondisi Terkini Korban Sambaran Petir di Abdya, Dua Orang Sudah Dibolehkan Pulang

 

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Dua warga Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) yang disambar petir pada Kamis (12/4/2018), sudah dibolehkan pulang oleh pihak Rumah Sakit Umum Teungku Peukan (RSUTP) malam itu juga.

“Dua orang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Satu yang dirawat inap, karena masih ada keluhan nyeri,” kata Kepala Instalasi Gawat Darurat RSUTP, dr Aris saat dikonfirmasi Serambinews.com. Saat ini, korban yang masih dirawat adalah M Nasir. Ia sudah dipindahkan ke ruang bedah, dan ditangani oleh dokter Ismail Muhammad SpB.

“Informasinya korban masih mengalami pegal dan nyeri saja, kalau pendengaran belum ada kabar resmi dari dokter THT. Nanti kalau ada informasi terbaru akan kami beritahukan,” ujarnya. Seperti diberitakan, Kamis (12/4/2018) malam, tiga warga Kecamatan Kuala Batee Abdya disambar petir.

Ketiga korban itu masing-masing Mustafa dan Jamaluddin, warga Desa Sikabu dan M Nasir warga Blang Makmur, Kecamatan Kuala Batee.(*)

 

 

Penulis: Rahmat Saputra
Editor: Safriadi Syahbuddin
Sumber: Serambi Indonesia




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENANGKAL PETIR FLASH FRANKLIN RADIUS 215 M

ANTI PETIR FLASH VECTRON RADIUS 157 M